Dalam menjaga keteraturan hubungan sosial, etika menjadi penting
untuk di perhatikan dan dijalankan Meskipun etika cederung relatif karena
masuknya unsur kebiasaan setiap individu, tidak menjadi alasan untuk
menghindari etika sebagai rule dalam menjalin relasi sosial yang akhrnya
menentukan baik dan buruk perilaku manusia. Salah satu aspek dalam relasi
sosial tersebut adalah relasi ekonomi atau popular disebut sebagai relasi
bisnis. Dalam kehidupan berbisnis khususnya di Indonesia sering ditemukan
beberapa kejadian yang menurut kacamata relativitas beberapa individu melanggar
etika. Misalnya praktek monopoli usaha dan persekongkolan pengusaha untuk
mengambil keuntungan besar dari konsumen.
Satu tokoh penting dalam tonggak sejarah pemikiran ekonomi
memiliki satu pandangan etika yang mendasari semua aktivitas ekonomi manusia.
Adam Smith dengan latarbelakang keilmuan yang luas karena tidak hanya menjadi
peletak dasar teori ekonomi tapi juga merupakan guru besar dibidang filsafat moral
dan pernah menjadi salah sorang pengajar logika di Glasgow University membuat
buku tentang etika manusia yang mendasari aspek relasi individu dalam ekonomi.
Banyak yagn menuduh Adam smith sebagai salah satu tokoh individualism karena
pendapatnya tentang perilaku produsen yang tidak mempedulikan kesenangan
konsumen.
”Kita tidak mengharapakan makan malam kita disediakan oleh
kebaikan hati tukang daging, pembuat bir atau pembuat roti, melainkan perhatian
mereka terhadap kepentingan mereka sendiri. Kita tidak bicara tentang sifat
kemanusiaanya kepada orang lain melainkan tentnag cinta mereka terhadap dirinya
sendiri dan kita tidak pernah berbicara kepada mereka tentang kebutuhan kita
sendiri melainkan tentang keuntungan mereka”
Produsen membangun relasi bisnis mereka dengan harapan bahwa
barang dan jasa yang tawarkan kepada konsumen berakhir dengan keuntungan
materi. Namun tidak semua orang yang mengkritik bagunan teori Adam smith
membaca semua buku yang ditulisnya. Buku Teori of Moral Sentimen dibuat jauh sebelum
buku The Wealth of Nations terbit. Buku ini menjelaskan bahwa relasi sosial
secara umum maupun relasi ekonomi secara spesifik diatur oleh “tangan tidak
kelihatan” yang jika manusia mengikutinya maka alam raya ini akan sammapi pada
titik keseimbangan dan sebaliknya jika manusia melanggarnya maka
ineequilibrium. Tangan tidak kelihatan itu merupakan hukum alam yang di
turunkan oleh manusia secara rasional yang berasal dari hukum tuhan yang abadi
(Thomas Aquinas). Dalam tulisan Prof.WIM Poli yang mengutip William J.Barber
“tangan tidak kelihatan tersebut ada tiga yaitu:
1. Cinta pada diri sendiri dan simpati terhadap orang lain
2. Keinginan untuk bebeas dan keterikatan pada rasa sopan santun
terhadap orang lain
3. Kebiasaan untuk bekerja, menghasilkan apa yang dibutuhkan dan
kecenderungan untuk mengadakan pertukaran hasil produksi sendiri dengan hasil
produksi orang lain.
Bagi Smith manusia hanya tinggal mengikuti hukum tersebut
khususnya jika membuat relasi ekonomi menjadi seimbang. Smith juga sering
dituduh sebagai peletak dasar pemkiran kapitalisme karena teorinya tentang
akumulasi modal. Smith mengemukakan bahwa salah satu indikator kesejahteraan
suatu bangsa adalah kemampuan Negara tersebut untuk mengumpulkan modal. Tuduhan
ini juga dilontarkan oleh kritikus Smith yaitu Marx. Marx lah yang menuduh
Smith sebagai pemuka kapitalisme dan membuat penindasan terhadap buruh menjadi
massif. Jika menggunakan etika ini, nampaknya sulit dipercaya jika smith
menyarankan untuk menindas kaum lemah, justru dalam filsafat etika Stoic yang
menjadi referensi utama teori etika Smith mengemukakan bahwa kesempurnaan
kodrat manusia yang paling tinggi adalah menahan perasaan egois dan memberikan
perhatian kita kepada manusia lainya. eksploitasi besar-besaran yang terjadi
saat ini oleh kaum kapitalis tidak pernha sama sekali disarankan oleh smith.
Justru kapitalisme muncul karena manusia tidak mengikuti hukum alam yang
merupakan aturan dunia dibuat manusia untuk menjaga keseimbangan alam. Kaptalis
melakukan eksploitasi besar-besaran kepada kaum buruh untuk memaksimalkan laba
mereka tanpa memperhatikan penderitaan buruh. Kapitalis justru lebih
mengedepankan perasaan egois mereka demi kepentingan material semata dan
mengabaikan perasaan simpati terhadap orang lain. Menurut etika stoic yang dikutip
oleh D.D. Raphael and A.L. Macfie manusia harus menganggap dirinya adalah
bagian dari alam semesta yang merupakan anggota persekemakmuran alam yang luas
ini. Apa yang menimpa kita juga dirasakan oleh orang lain begitupun sebaliknya.
*Sumber Berita: www.mahasiswaindonesia.com
http://www.mahasiswaindonesia.com/berita-etika-ekonomi-adam-smith.html#.UwLo1GJ_tps#ixzz2teAADaYD