Selasa, 24 Februari 2015

Etika Ekonomi Adam Smith

Dalam menjaga keteraturan hubungan sosial, etika menjadi penting untuk di perhatikan dan dijalankan Meskipun etika cederung relatif karena masuknya unsur kebiasaan setiap individu, tidak menjadi alasan untuk menghindari etika sebagai rule dalam menjalin relasi sosial yang akhrnya menentukan baik dan buruk perilaku manusia. Salah satu aspek dalam relasi sosial tersebut adalah relasi ekonomi atau popular disebut sebagai relasi bisnis. Dalam kehidupan berbisnis khususnya di Indonesia sering ditemukan beberapa kejadian yang menurut kacamata relativitas beberapa individu melanggar etika. Misalnya praktek monopoli usaha dan persekongkolan pengusaha untuk mengambil keuntungan besar dari konsumen.

Satu tokoh penting dalam tonggak sejarah pemikiran ekonomi memiliki satu pandangan etika yang mendasari semua aktivitas ekonomi manusia. Adam Smith dengan latarbelakang keilmuan yang luas karena tidak hanya menjadi peletak dasar teori ekonomi tapi juga merupakan guru besar dibidang filsafat moral dan pernah menjadi salah sorang pengajar logika di Glasgow University membuat buku tentang etika manusia yang mendasari aspek relasi individu dalam ekonomi. Banyak yagn menuduh Adam smith sebagai salah satu tokoh individualism karena pendapatnya tentang perilaku produsen yang tidak mempedulikan kesenangan konsumen.

”Kita tidak mengharapakan makan malam kita disediakan oleh kebaikan hati tukang daging, pembuat bir atau pembuat roti, melainkan perhatian mereka terhadap kepentingan mereka sendiri. Kita tidak bicara tentang sifat kemanusiaanya kepada orang lain melainkan tentnag cinta mereka terhadap dirinya sendiri dan kita tidak pernah berbicara kepada mereka tentang kebutuhan kita sendiri melainkan tentang keuntungan mereka”

Produsen membangun relasi bisnis mereka dengan harapan bahwa barang dan jasa yang tawarkan kepada konsumen berakhir dengan keuntungan materi. Namun tidak semua orang yang mengkritik bagunan teori Adam smith membaca semua buku yang ditulisnya. Buku Teori of Moral Sentimen dibuat jauh sebelum buku The Wealth of Nations terbit. Buku ini menjelaskan bahwa relasi sosial secara umum maupun relasi ekonomi secara spesifik diatur oleh “tangan tidak kelihatan” yang jika manusia mengikutinya maka alam raya ini akan sammapi pada titik keseimbangan dan sebaliknya jika manusia melanggarnya maka ineequilibrium. Tangan tidak kelihatan itu merupakan hukum alam yang di turunkan oleh manusia secara rasional yang berasal dari hukum tuhan yang abadi (Thomas Aquinas). Dalam tulisan Prof.WIM Poli yang mengutip William J.Barber “tangan tidak kelihatan tersebut ada tiga yaitu:
1. Cinta pada diri sendiri dan simpati terhadap orang lain
2. Keinginan untuk bebeas dan keterikatan pada rasa sopan santun terhadap orang lain
3. Kebiasaan untuk bekerja, menghasilkan apa yang dibutuhkan dan kecenderungan untuk mengadakan pertukaran hasil produksi sendiri dengan hasil produksi orang lain.

Bagi Smith manusia hanya tinggal mengikuti hukum tersebut khususnya jika membuat relasi ekonomi menjadi seimbang. Smith juga sering dituduh sebagai peletak dasar pemkiran kapitalisme karena teorinya tentang akumulasi modal. Smith mengemukakan bahwa salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa adalah kemampuan Negara tersebut untuk mengumpulkan modal. Tuduhan ini juga dilontarkan oleh kritikus Smith yaitu Marx. Marx lah yang menuduh Smith sebagai pemuka kapitalisme dan membuat penindasan terhadap buruh menjadi massif. Jika menggunakan etika ini, nampaknya sulit dipercaya jika smith menyarankan untuk menindas kaum lemah, justru dalam filsafat etika Stoic yang menjadi referensi utama teori etika Smith mengemukakan bahwa kesempurnaan kodrat manusia yang paling tinggi adalah menahan perasaan egois dan memberikan perhatian kita kepada manusia lainya. eksploitasi besar-besaran yang terjadi saat ini oleh kaum kapitalis tidak pernha sama sekali disarankan oleh smith. Justru kapitalisme muncul karena manusia tidak mengikuti hukum alam yang merupakan aturan dunia dibuat manusia untuk menjaga keseimbangan alam. Kaptalis melakukan eksploitasi besar-besaran kepada kaum buruh untuk memaksimalkan laba mereka tanpa memperhatikan penderitaan buruh. Kapitalis justru lebih mengedepankan perasaan egois mereka demi kepentingan material semata dan mengabaikan perasaan simpati terhadap orang lain. Menurut etika stoic yang dikutip oleh D.D. Raphael and A.L. Macfie manusia harus menganggap dirinya adalah bagian dari alam semesta yang merupakan anggota persekemakmuran alam yang luas ini. Apa yang menimpa kita juga dirasakan oleh orang lain begitupun sebaliknya.

 
*Sumber Berita: www.mahasiswaindonesia.com
http://www.mahasiswaindonesia.com/berita-etika-ekonomi-adam-smith.html#.UwLo1GJ_tps#ixzz2teAADaYD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar